Suatu hari hujan
yang sangat lebatpun terjadi, dan ketika
sang monyet yang sedang bertengger di atas dahan tertinggi, selain hujan lebat yang tak kunjung berhenti dia juga melihat
sesuatu dari kejauhan, sepertinya ada banjir besar di hulu sungai dan siap-siap
menerjang ke arah mereka. Segeralah sang monyet melompoat ke bawah dan memanggi sahabatnya sang Ikan
seraya berkata:
“Hai ikan dimana kamu?”.
“Aku di sini, monyet:, jawab si Ikan
“ Ayo buruan naik ke sini karena
banjir akan segera melanda dari hulu sungai
ke sini. Cepat ikut aku biar aku selamatkan kamu, biar kamu aman
bersamaku di puncak dahan pohon ini”.
“Tapi monyet..., “jawab ikan
“Sudah tidak ada waktu berdebat
yang penting kamu aman”, ucap si monyet dengan tegas sambil menyambar ikan dari
dalam air.
Setelah itu monyet langsung
beranjak loncat ke dahan tertinggi
sambil memeluk erat sahabatnya sang
ikan. Awalnya tentu saja sang ikan
menggelepar, tapi demi keselamatan sang ikan,
semakin sahabatnya itu
menggelepar semakin erat pelukan sang monyet sambil membelai dan menenangkan ikan supaya tidak
panik. Tak lama kemudian ikan itupun diam tidak bergerak, si monyet tersenyum berfikir sahabatnya sudah tenang dan sudah tidur. Dan ternyata benar seperti dugaan si monyet
tak lama kemudian banjir bandangpun
datang dan menghanyutkan semua yang ada dihadapannya termasuk sungai tempat sang ikan tinggal.
Satu jam
kemudian banjir itupun surut, sang monyet melompat kembali ke bawah hendak
mengembalikan sang ikan ke sungai tempat
tinggalnya. Dia membuka tangannya dan
terlihat sang ikan masih tidur dengan
mata yang tertutup.
“Hai ikan bangun, “ begitu katanya.
Tapi ikan tersebut masih terdiam
dan si monyetpun terus membangunkannya namun tidak ada satu katapun yang keluar
dari mulut si ikan.
“Ikan ayo bangun. Sahabatku bangunlah banjir sudah
tidak ada, hujanpun sudah reda . Tapi sang ikanpun tetap diam tidak bergerak.
Dan di situlah si monyet sadar bahwa sahabatnya ikan teah tiada. Sahabatnya pun
mati di pelukan.
Cerita sedih
tapi ironisnya sering terjadi dalam kehidupan ini. Maksudnya baik ingin
menolong, tapi apakah kita
sungguh-sungguh menolong dia. Apakah mereka sungguh-sungguh memerlukan
pertolongan kita. Kadang kita gegabah menentukan sesuatu yang terbaik bagi orang lain. Berasumsi dan berfikir dengan
sudut pandang kita sendiri tanpa mau mendengarkan suara mereka, suara orang
yang ingin kita bantu.
Ingat kehidupan
orang lain tidak sama dengan kehidupan kita. Apa yang menurutmu baik belum
tentu baik untuk orang lain. Menolong
orang lain jika tidak dilakukan dengan bentuk dan cara yang benar, justru bisa menghancurkan. kehidupan orang
yang kita tolong. Niat baik saja tidak cukup, butuh hati dan kompetensi.
Motivasi dari Merry Riana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar